Posted by Lintas Informasi Madiun Berita Kota Dan Kabupaten on Jumat, 24 Februari 2012
Jembatan Beteng di Kelurahan Madiun Lor, Kota Madiun, yang dibangun sejak zaman Belanda, semakin terlupakan. Padahal dulu sebelum 2000, jembatan yang menyatu dengan rel kereta api itu, menjadi idola warga. Yakni, menghubungkan kawasan perkotaan dengan Kota Madiun bagian barat. Sekarang sudah mulai sepi, hanya orang-orang Winongo atau Madiun Lor saja yang lewat, ungkap Dyah Ayu Mustikasari, salah seorang warga Jalan Tangkuban Perahu, Madiun Lor, kemarin (22/2).
Tepatnya di era wali kota Ahmad Ali, pemkot membangun jembatan Prambanan, yang menjadi akses ke Kelurahan Winongo yang terpisah Kali Madiun. Dyah menambahkan, sebelum ada jembatan Prambanan, aktivitas di jembatan Beteng, cukup padat. Mulai, orang jalan kaki, naik sepeda angin dan motor. Meski sempit, warga tetap tenang saat berpapasan. Kalau mau ke kota cepat, daripada muter lewat Gajah Mada atau Patihan, tambahnya.
Humas PT KAI Daop VII Madiun, Sugianto menjelaskan, kondisi jembatan yang dibangun sekitar tahun 1945 masih layak. Kereta api tetap bisa melaju dalam kecepatan normal 70 kilometer perjam. Sampai sekarang, Daop VII terus melakukan perawatan dan pemantauan kondisi jembatan. Sekarang kan Kali Madiun banjir, kami terus pantau kondisi pondasinya. Tapi, kondisi jembatan yang terbuat dari baja ini memang kuat, ujarnya.
Keberadaan jembatan Beteng sudah ada sejak mulai beroperasinya kereta api di kawasan Kota Madiun. Belum ada rencana menutup (jalan yang dilalui warga, Red). Hanya kami tetap minta warga berhati-hati saat melintas, ungkap Sugianto.
Jalur itu awalnya diperuntukkan memberi kemudahan bagi pekerja yang memperbaiki bantalan rel. Namun, dalam perjalanannya dipakai akses atau jembatan bagi warga. (ota/irw)(yogama)
Radar madiun